Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Sabtu, 20 Februari 2010

Danurwindo Takut Diteror


SURABAYA- Kekalahan beruntun sebanyak tiga kali tidak membuat kepercayaan pelatih Persebaya, Danurwindo merosot. Malah dia menuding jika kegagalan timnya tersebut itu adalah mutlak kesalahan pemain.
’’Semua bisa melihat itu, gol pertama dan kedua Persema kemarin akibat barisan pertahanan yang longgar. Itu yang harus dicari solusinya agar tidak terjadi kesalahan serupa dalam laga berikutnya,’’ ungkap pelatih asal Kutoarjo, Jawa Tengah itu.
Oleh karena itu, Danur menyatakan bahwa timnya harus berjuang ekstra keras untuk merebut poin di kandang Arema dalam laga Big Match Minggu besok (21/2). Meskipun dia meyakini bahwa harapan yang sama juga diusung oleh Arema, dalam pertandingan derby Jatim yang akan berlangsung Minggu (21/2) nanti.
’’Sekali lagi saya tegaskan bahwa, dalam pertandingan melawan Arema nanti, kami harus lebih fokus untuk menguatkan mental para pemain. Sebab, sudah pasti banyak teror yang akan dilancarkan bagi kami dilapangan nanti,’’ tutur Danur.
Dia mencontohkan bahwa pengalaman itu pernah terjadi saat Persebaya bertandang ke markas Persema Rabu (17/2) kemarin. Kata Danur, sepanjang jalan menuju penginapan, mereka selalu diumpat.
’’Tidak menutup kemungkinan hal serupa juga akan terjadi pada kami saat melawan Arema nanti. Harapan saya, manajem bisa peka akan hal ini. Sehingga anak-anak bisa tampil dengan mental bagus, disiplin dan fokus terhadap permainan,’’ kata suami dari Yeti Bagoes itu.
Atas kondisi itu pula, Persebaya yang harusnya berangkat menuju Malang sore kemarin (19/2) urung dilaksanakan. ’’Sebenarnya kami harus berangkat sore tadi (kemarin, Red) biar bisa uji lapangan besok pagi (hari ini, Red). Tapi, mempertimbangkan faktor keamanan maka kami baru akan berangkat besok sore (hari ini, Red),’’ tutur Danur.
Sementara itu, putusan komisi banding yang melarang sporter Persebaya memakai atribut Persebaya/Bonek dalam laga kandang selama dua tahun, memantik reaksi keras dari para elemen sporter.
’’PSSI sebenarnya harus bisa mengayomi kami. Bukannya memberikan hukuman berdasarkan like and dislike seperti itu," koar sekretarsi Persebaya Fans Club (PFC), Moelyono, kemarin.
Menurut dia, keputusan PSSI itu kurang bijak, sebab masih banyak klub yang sporternya juga melakukan keonaran. ’’Kalau menghukum kami untuk tampil tanpa atribut, itu sama saja dengan menghilangkan karakter kami dilapangan,’’ tutur dia.
Selain itu, Moelyono perwakilan dari Balgo mengatakan bahwa mereka akan merangsang penonton lainnya untuk melakukan upaya hukum di komisi hak asasi manusia. ’’Melarang penonton dan suporter itu harus jelas. Kalau disamaratakan maka itu sama aja dengan mengebiri Hak Asasi para penonton,’’ tutur dia.
Helly Suyanto Ketua Panita Pelaksana Persebaya menambahkan bahwa saat ini Persebaya telah menyusun draft untuk mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap putusan komding PSSI itu.
’’Ini adalah putusan yang sangat merugikan kami. Padahal upaya antisipasi untuk menjaga keamanan telah kami maksimalkan. Tapi mengapa mereka (PSSI) tidak melihat itu. Malah menghukum kami dengan masalah-masalah klasik seperti itu,’’ urainya. (dik/jpnn)
Sumber: Malang Post Edisi 20 Januari