Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Rabu, 17 Februari 2010

Apakah Kebiasaan itu Dapat Berubah?


Kebiasaan adalah apa yang biasa dilakukan manusia dengan mengulang-ulang melakukan sesuatu hal, dan sesuatu ini bisa jadi yang dianjurkan dalam syariat, atau yang dilarang, atau bahwasanya sesuatu itu dapat berakibat pada berkurangnya kesempurnaan manusia tetapi tidak ada dosa padanya…
1. Orang yang terbiasa membaca al-Qur’an, shalat malam atau dhuha dan amal perbuatan lainnya yang dianjurkan oleh syariat, ini merupakan kebiasaan yang paling indah yang sering dilakukan oleh manusia, dan yang menjadi bahayanya adalah bila kebiasaan itu lebih diutamakan dari pada interaksi dengan ibadah itu sendiri dan terpengaruh dengannya.
2. Adapun orang yang terbiasa melakukan hal-hal yang dilarang, maka orang ini berada dalam bahaya besar jika dia tidak meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan itu.
3. Orang yang terbiasa pada suatu hal yang dapat mengurangi kesempurnaan pribadi keislamannya, seperti menggigit kuku, mencabut jenggot atau kumis, menggerakkan mata dengan cara yang biasa dilakukan, atau menggaruk suatu tempat di badan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengurangi kepribadian lainnya. Ini semua tidak ada dosa padanya, tetapi banyak berpengaruh pada diterimanya nasihat atau pengarahan, karena jiwa itu diciptakan dengan tabiat mau menerima dari orang-orang yang memiliki kesempurnaan.
Kebiasaan dengan ketiga macamnya itu diperoleh dari lingkungan di mana manusia hidup di dalamnya, khususnya kedua orangtua atau saudaranya yang lebih tua, atau figur yang diidolakan oleh seseorang, dan yang paling aneh, kadang-kadang manusia itu terbiasa pada suatu hal yang tidak disukainya, bisa lantaran lemahnya kepribadian orang yang terpengaruh, khususnya jika pengaruh itu termasuk jenis yang kedua dan ketiga.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mungkinkah kebiasaan itu bisa berubah? Orang yang bisa menjawab tidak, mungkin disebabkan oleh lemahnya greget hatinya, dan ketidakmampuannya untuk merencanakan sesuatu. Jika ia bisa, maka Allah s.w.t. pun telah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak merubah yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ini merupakan dalil atas kemungkinan adanya perubahan jika manusia mau berusaha untuk mengadakan perubahan. Demikian dikatakan, “Ilmu itu didapat dengan belajar dan kelemahlembutan itu diraih dengan bersikap lemah lembut.” (Perkataan yang masyhur yang pernah diucapkan oleh seorang sahabat yang mulia, Abu ad-Darda’, [az-Zuhd, 1313] Imam at-Tamimi) Sikap lemah lembut itu merupakan kebiasaan yang bagus, dan itu diraih hanya dengan latihan yang berkelanjutan hingga dapat berakar kuat di dalam jiwa, dan dia pun dapat menjadi kebiasaan yang memiliki kekuatan hukum.
Orang yang tidak sependapat dengan hal itu, maka berarti dia menuduh Islam tidak mampu melakukan perubahan. Golongan orang-orang semacam ini adalah mereka, yang anda saksikan, mengandalkan beberapa peribahasa Arab dan lainnya berbau kesukuan untuk membenarkan kebiasaan yang tidak dapat diterima yang mereka lakukan, seperti perkataan mereka, “Siapa yang hidup dalam satu keadaan, maka ia akan tua dalam keadaan seperti itu.” Dan peribahasa-peribahasa lainnya.